Tapi, hati kecil saya merasa tertantang untuk mengikuti pemilihan ini. Saya tahu, Abnon berbeda dengan beauty pageant semacamnya. Dengan dukungn dari keluarga dan teman-teman terdekat, akhirnya saya beranikan diri untuk mendaftar. Sayapun berpikir, kalo kita gak nyoba, kapan kita mau berkembang dan terus bermain di zona aman kita?
Sedari awal saya memantapkan niat untuk mengikuti Abnon, tujuan utama saya adalah bukan untuk menyabet gelar apapun. Dari Abnon inilah saya belajar banyak hal. Semua benar-benar merangkak dari 0. Saya belajar public speaking dari para public speaker yang mumpuni, memupuk kepercayaan diri, cara berdandan, hingga cara berjalan di catwalk dengan mengenakan kebaya, kain, dan high heels 15cm (ini tantangan terberat selama karantina, hahaha). Semua dilakukan hanya dalam waktu hampir sebulan karantina.
Makna kemenangan bagi saya adalah ketika saya berhasil melawan semua ketidakmampuan saya selama ini. Dari yang tadinya tidak bisa, menjadi BISA. Karantina memberikan sangat sangat banyak perubahan dan pengalaman tak ternilai dalam hidup.
Dari Abnon pula saya mulai mengetahui dan menemukan passion saya. Saya sangat menikmati ngelenong dan nandak (nari Betawi). Seperti kita tahu, lenong dan nandak merupakan sedikit dari kebudayaan Betawi yang harus kita lestarikan. Dengan mengikuti ajang Abnon, secara langsung kita telah ikut berkontribusi dalam melestarikan kebudayaan Betawi. Melestarikan budaya dengan melakukan hal yang kita sukai tentu akan lebih mudah bukan?
Jadi, jangan pernah berpikir yang bisa ikutan Abnon itu cuma orang cantik, pinter dan jago dandan. Semuanya punya kesempatan yang sama, asal punya niat dan percaya sama kemampuan diri sendiri. Yuk, kita sama-sama lestarikan budaya Betawi dengan memulainya dari diri kita sendiri.
Cheers,
No comments:
Post a Comment