Sebagai generasi muda yang cukup menyukai social networking, saya cukup rajin mengecek akun Twitter saya. Sabtu, 7 Agustus 2010 sekitar pukul 07.30, @Metro_TV mengetweet “Ratusan Rumah di Cilincing Terbakar:http://bit.ly/akK8ZS via @addthis”. Berita ini begitu menarik perhatian saya akarena kebakaran terjadi beberapa hari sebelu
m bulan Ramadhan dan Cilincing adalah salah satu kecamatan di Jakarta Utara. Artikel tersebut menyatakan bahwa pada hari Jumat, 6 Agustus 2010 lalu terjadi kebakaran di kawasan padat penduduk Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing.
Saya berhasil menemui Bapak Junaedi, Camat Cilincing, keesokan harinya. Beliau menginformasikan bahwa pada peristiwa semalam, 30 rumah hangus terbakar. Beberapa jenis bantuan telah diterima namun korban kekurangan bantuan air bersih, baik untuk minum maupun mandi.
Abang None Jakarta Utara segera mengumpulkan dana, baik tunai maupun transfer, dan pakaian bekas layak pakai untuk dapat disumbangkan kepada warga yang rumahnya terbakar. Penggalangan dana dilakukan selama 3 hari dengan target donatur Abang None Jakarta 2010 namun kami juga berhasil mengumpulkan dana dari para senior, keluarga, dan organisasi lain seperti Remaja Ceria Jakarta Timur. Dana yang telah berhasil dikumpulkan dibelanjakan: selimut, air minum, dan mie instan. Selimut menjadi prioritas utam
a karena kami khawatir korban dilanda ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dikarenakan udara dingin yang menerpa posko penampungan.
Pada hari Selasa, 10 Agustus 2010 pukul 10.00, Abang None Jakarta Utara datang ke Kalibaru dengan tujuan:
Meninjau lokasi kejadian
Mengumpulkan informasi dari perangkat Pemerintah serta para korban
Memberikan barang-barang untuk korban melalui Posko Penerimaan Bantuan
Kami disambut baik oleh perangkat Pemerintah di Kalibaru seperti Pak RW dan staffnya serta Satpol PP yang bertugas.
Pak RW menyatakan peristiwa tersebut terjadi karena konsleting listrik di salah satu rumah warga. Dalam waktu singkat, api telah melahap tiga rumah sebelum akhirnya para warga menyadari kebakaran tengah melanda. Bantuan dari tim pemadam kebakaran datang cukup cepat namun karena kawasan tersebut sangat padat, api telah menjalar dengan mudahnya. Api berhasil dikuasai sekitar pukul 23.00 namun berdasarkan peninjauan terakhir, rumah yang terbakar berjumlah 52 buah. Terdapat 105 KK, tepatnya 430 warga, yang kini tidak memiliki tempat tinggal tetapi alhamdulillah tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Dalam peninjauan kami di lokasi kejadian, kami baru menyadari bahwa keadaan lebih buruk dari yang kami bayangkan. Rumah-rumah yang terbakar benar-benar habis tak bersisa. Tak satupun harta benda terselamatkan, satu-satunya yang mereka miliki adalah pakaian yang melekat ketika kebakaran berlangsung.
Anak-anak yang masih bersekolah terpaksa “cuti”, namun mereka terancam putus sekolah dikarenakan kondisi keuangan keluarganya. Kebanyakan KK berprofesi sebagai nelayan di Pelabuhan Kalibaru yang mirisnya, sedang sepi-sepinya. Ada juga yang suaminya tidak bekerja sehingga sang istri harus bekerja ekstra untuk menghidupi keluarganya, terutama disaat musibah ini menerpa. Tidak sedikit lansia yang hidup sendiri bahkan harus bekerja untuk menghidupi cucunya karena anak-anaknya sudah meninggal.
Para korban merasa pelayanan dari perangkat Pemerintah sudah cukup memuaskan namun bantuan yang diterima dirasa kurang cukup. Jangankan membangu
n rumah yang tentunya membutuhkan banyak dana, bantuan pangan saja sangat terbatas. Disamping itu, untuk 430 orang korban, hanya ada 1 kompor yang dapat mereka pergunakan untuk memasak. Ada yang berinisiatif untuk membuat kompor tradisional dengan kayu bakar akan tetapi tetap saja kapasitasnya tidak memenuhi kebutuhan seluruh warga.
Selama ini korban tingggal di: rumah saudara, rumah tetangga, reruntuhan rumahnya sendiri, mushalla, atau posko penampungan. Posko penampungannya sendiri tidak bisa dikatakan nyaman ditempati karena berupa tenda darurat di ruang terbuka sehingga hawa panas menyengat di siang hari dan hawa dingin di malam hari begitu terasa. Di tambah lagi, posko tersebut didirikan di kawasan yang cukup kumuh yaitu di pinggir laut dan diatas tumpukan sampah. Beberapa warga tengah menderita muntaber namun ada 1 balita berusia 11 bulan yang diarenya cukup parah hingga harus dirawat.
Mereka semua menanti uluran tangan kita. Besar kecilnya tidak masalah, yang penting kita ikhlas. Apalagi sekarang bulan suci Ramadhan, keikhlasan kita pasti akan dibalas berlipat ganda oleh Tuhan. Bantu mereka sekarang juga! Posko penerimaan bantuan ada di RW 9, untuk info lebih lanjut hubungi saya di idzni.santana@gmail.com.
Langkah kecil dari kita, berarti begitu besar bagi mereka!
Kebakaran di Cilincing, http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/08/07/110660/Ratusan-Rumah-di-Cilincing-Terbakar
posted by non idzni
Yours sincerely,Abang & None Jakarta Utara